THE NEED BASED!

Gue jujur enggak terlalu mendalami dunia produk informasi secara detail, termasuk pasaran laptop yang beredar. Tapi yang lebih awam dibanding gue malah termasuk banyak. Banyak pertanyaan yang terlontar untuk pilih seperti apa laptop yang dimaui. Atau malah baikan pakai laptop atau desktop. Nah soal terakhir ini coba gue paparkan berdasarkan pengamatan sendiri sebagai berikut. (Hehe, maaf kalau salah. Ini hanya persepsi spontan gue saja).

Bagusan mana antara laptop apa desktop? Jawabnya tergantung kebutuhan elo. Simpel kan? Memang pergeseran harga laptop PC (ber-OS Windows makin turun. Harganya bisa gue bilang tinggal seuprit lagi deh bedanya dengan harga desktop. Lantas mending beli laptop? Jawabnya ya belum tentu! Buat yang demen utak-atik alias oprek-oprek jeroan komputer, laptop tentu berposisi lemah dibanding dekstop.

Lantas bagusan mana antara Mac OS dengan PC/Windows? Ya sama, jawabnya tergantung. Dipakainya lebih banyak buat apa? Kalau untuk multimedia (foto, grafis atau film) ‘mungkin’ Mac OS lebih aworthed dibanding PC. Tapi kalau benturan Mac OS lebih banyak bicara konektivitas (contohnya networking LAN di kantor, aplikasi USB hingga kompatibilitas data aplikasi) PC/Windows lebih menang.

Okey, desktop kalau sudah jadi pilihan, silakan pilihan technical requirement yang dimaui, mulai bicara kecepatan prosesor, kapasitas memory, besar hard disk, performa VGA, hingga urusan pilih monitor LCD atau CRT. Semua dikembalikan pada bujet uang yang disediakan. Kalau enggak mau repot, beli yang sudah punya stempel merek kayak HP, Lenovo, Acer, Wearness hingga B/Y/O/N (merek lokal sudah banyak untuk produk ini). Kalau mau bermain rakitan, tinggal mainkan proporsi kebutuhan hardware buat pemakaian, apakah hanya dominan untuk wordprocessing, browsing, chating, gaming, programming, multimedia editting dan lain-lain.

Yup, pilih laptop juga begitu. Hanya saja lebih rumit. Banyak pertimbangan yang jadi landasan untuk memilihnya. Tapi semua dikembalikan juga pada bujet uang yang dimiliki. Kepuasan membeli laptop bukan hanya dapat harga yang murah, tapi juga kesesuaian barang dengan apa yang elu mau.Ya, the need di sini jadi poin penting. Menurut gue, ada beberapa urutan yang perlu elu lakukan sebelum beli laptop.

  1. Uang

Betul Bos, pertama kita wajib tentuin dulu bujet duit yang elu sediain. Pastikan seberapa elu mampu untuk membeli sebuah laptop. Kalau ujung-ujungnya memimpikan suatu laptop mantap tapi duit lagi kolaps ya jangan paksain beli yang baru. Solusi barang seken atau refurbish enggak berdosa, kok! Tinggal pintarnya kita saja untuk mendapatkan barang seken yang bagus seperti apa. Biasanya sih untung-untungan kalau bicara kondisi laptop seken. Oya, kalau sudah siap beli yang baru/gress, pastikan beli pada saat nilai Rupiah terhadap Dollar sedang stabil. Itu biar elu enggak sakit hati, hehehe!

2. Jenis Keperluan

Jenis keperluan ini yang elu camkan. Jangan lantas silau dengan harganya yang murah, tiba-tiba elu kecewa dengan apa yang telah dibeli karena enggak pas dengan kebutuhan elu. Gue pilah ada 4 jenis keperluan yang biasanya jadi pegangan. Masing-masing keperluan itu masih bisa mengiris satu sama lain, yaitu:

Keperluan taste dan gaya hidup: Pertimbangan desain dan gengsi merek bisa berposisi dominan disini. Pilihan bisa jatuh ke Sony VAIO, Fujitsu atau malah Apple MacBook/Pro. Biasanya, opsi limited edition bisa mendukung kebutuhan ini. Kalau gengsi merek ditepikan, laptop lokal sudah berani bermain fashion casing yang menarik, kayak Zyrex, B/Y/O/N atau Ion. Malah di antara mereka ‘meniru-niru’ desain minimalis MacBook! Biasanya laptop gaya untuk PC formatnya UMPC (Ultra Mobile Portable Computer), PC Tablet, atau laptop spek ultra light!

(foto: http://www.zdnet.co.uk)

Keperluan kerja: Paling gampang berpatok pada keperluan ini. Kalau banyakan buat ngetik, pilih yang murah sudah cukup dimana spek teknisnya enggak ‘berat-berat’. Buat editing foto, biasanya menyasar besar memory dan harddisk. Sama juga kalau elu banyak buat online internet apalagi bermain limewiring atau demen download atau upload file seperti ‘demam Youtube’ (*.flv). Buat editing grafis atau film, MacBook atau MacBook Pro pasti jadi pilihan apalagi kalau didukung peer to peer di network dengan produk yang sama. Untuk gaming? Nah ini yang cukup berat, yang pasti PC based, bukan Mac OS. Butuh prosesor, memory, hard disk gede dan tentu bukan VGA shared! Untuk server? Wah… jangan pilih pakai laptop deh! 😛

 

(foto: http://www.notebooks.com)

Keperluan mobilitas: Elu sebagai orang yang cukup mobile? Suka pindah-pindah atau bosenan duduk di suatu pojokan ruangan. Ya tentu pililh laptop, desktop sudah pasti dicoret dari pilihan. Lantas pertanyaannya:

(foto: http://www.rentacomputer.com)

Mobilitasnya seperti apa?

Membutuhkan konektivitas wireless?

Tengok ketersediaan hardwarenya, apakah butuh Bluetooth, Firewire, slot USB, PCMCIA, slot memory card reader atau malah cari yang sudah built in GSM Card?

Seberapa sering elu pakai alat-alat yang pakai konektivitas jenis itu?

Karakter elu pakai laptop seperti apa?

Seringkah dipakai outdoor?

Seringkah dipangku, jarang dipakai untuk ditaruh di meja?

Kalau itu sudah bisa dijawab. Silakan ceklist soal ketersediaan dan spesifikasi laptop yang elu maui;

Ada tidaknya Bluetooth (di laptop PC, penambahan fitur ini menambah harga sangat banyak, bandingkan apabila elu cukup pakai Bluetooth dongle/USB yang berkisar Rp. 50-150 ribu). Makanya, kembali ditanyakan, penting enggak Bluetooth itu elu pakai?

Berapa banyak jumlah slot USB. Syukur juga dipertimbangkan ada tidaknya slot koneksi Firewire (umumnya data foto), S-Video, PS2 dan lain-lain. Makin lengkap, tentu harganya makin mahal. Kecuali ada perencanaan untuk menambah peranti sebuah docking.

Berapa banyak jumlah slot PCMCIA dan posisinya ada di kiri/kanan (kaitan soal spot panas apabila elu pakai modem PCMCIA, tangan mana yang sering menempel). Ini menangnya laptop PC, laptop Apple (baik MacBook atau yang Pro) tidak ada koneksi seperti ini!

Sudahkah siap untuk melakukan networking via LAN atau WiFi? Untungnya, prosesor Intel Core Duo sudah built in wireless LAN. Menurut gue, jaman sekarang fitur ini wajib. Even itu elo beli seken!

Bicara panas, cermati parahkah panas yang ditimbulkan, dan ada di bagian mana? Paling bagus, panas ada di ujung depan/di bawah lid (layar). Panas tepat di bawah hand pad tentu sangat mengganggu aktivitas. Kalau terpaksa panasnya disitu, pastikan panasnya bukan di area tempat yang sering dijadikan landasan tapak tangan. Panas biasanya ditimbulkan di bagian suplai listrik & hard disk.

Berapa bobot laptop yang bisa elu tolerir. Untuk spek laptop biasa, berat 2,0-2,5 kg sudah bisa dibilang cukup. Kalau mau lebih ringan, biasanya sudah rambah ke spek UMPC dan tablet PC. Muahal? Enggak kalau elu pilih merek lokal kayak Relion atau AXIOO.

Sama halnya dengan ukuran, berapa batas minimal yang dibutuhkan. Untuk laptop PC, ukuran makin kecil (< 14,1 inci) biasanya makin mahal dibanding versi sevarian. Kalau mau layar gede, 14,1 inci sudah cukup, kalau sudah sampai 15 inci, biasanya berpengaruh pada bobot totalnya. Kecuali kalau memang elu rela untuk beli laptop sebagai desktop replacement.

Umur pakai batere, kalau seringnya dicolok ke listrik alias sering di indoor, spek batere standard sudah cukup. Tapi kalau bicara outdoor, opsi batere long life seperti versi extended bisa jadi rujukan. Cukup signifikan lho. Batere 2.500-3.000 mAh aktif kisaran 1 jam, medium extended berkisar 4.000-5.000 mAh bisa 3 jam lebih, atau malah yang full extended kisaran 6.000-7.200 mAh bisa 5 jam lebih!

– Keperluan lapangan: Ini buntutnya kalau elu memang orangnya mobile. Apabila sering elu pakai di medan cukup ekstrem seperti outdoor atau elu karakternya sebagai ‘pemakai jorok’, spek laptop ‘tahan banting’ pun bisa jadi pilihan. Kalau sudah seperti ini, relakan kalau harga laptopnya mahal lantaran urusan bungkusan/casing! Seperti Lenovo ThinkPad (IBM) menyediakan fitur peredam hard disk, casing magnesium dengan bodi serat FRP hingga ‘selokan’ untuk cipratan air 60 cc tanpa ngerusak. Atau juga Dell. Ciri khasnya laptop tahan banting adalah tebalnya pada sisi frame lid LCD. Jadi, kalaupun tidak berbicara 2 merek itu, pastikan kekokohan casing yang dimiliki. Jangan sampai jatuhnya nyesel, 3 bulan pakai lid LCD kalau dibuka bunyinya bikin sakit kuping!

(foto: http://www.lenovo.com)

3. Kebutuhan Teknis

Sudah yakin di poin dua diharapkan sudah ada bayangan model & merek laptop apa yang diincar. Kalau iya, baru bicara kebutuhan spesifikasi teknis yang dibutuhkan, entah soal prosesor, memory, harddisk, VGA hingga periperal semacam soundcard, speaker atau malah kamera webcam.

a. Prosesor

Prosesor jangan dijadikan prioritas utama kalau ternyata pemakaian hanya banyak untuk wordprocessing alias ngetik. Juga untuk keperluan browsing atau internet secara personal. Kecuali kalau elu butuh untuk programming, gaming, multimedia editing, CAD hingga keperluan engineering. Tapi lain halnya kalau dipertimbangkan apabila laptop elu beli bakal dipakai 2-5 tahun ke depan, dimana elu berencana upgrade internal untuk masa tertentu seperti tambah memory atau ganti hard disk. Belum lagi adanya kebutuhan untuk install OS baru seperti Vista (doi butuh prosesor ganda/dual core).

b. Memory

Memory jadi sangat penting kalau sudah bicara kecepatan sistem. Prosesor kencang tapi memory kecil berujung kinerja sistem yang mubazir alias lelet. Jangan upgrade ke Vista kalau memory hanya 512MB, pelan Bos! Jangan install XP kalau memory cuman 128 MB, lueelet Bos! Syukur, pertimbangan laptop justru diutamakan ke besar memory dulu apabila pemakaian untuk keperluan ‘serius’ seperti internet, grafis atau malah programming. Begitu juga langkah upgrade, memory kalau bisa diutamakan dulu dibanding hard disk.

c. Hard disk

Buat yang sekadar simpen data non-multimedia, ukuran hard disk 80 GB sudahlah cukup. Kecuali kalau ternyata elu sangat menyukai download lagu-lagu, file video, foto-foto, hard disk bisa saja di upgrade. Tapi itu bisa saja cukup dengan membeli hard disk eksternal yang pemakaiannya justru lebih menyenangkan.

d. VGA card

Nah, laptop akan makin murah kalau memory VGA-nya shared dengan memory sistem. Tapi akan jadi enggak cukup apabila laptop dipakai untuk keperluan multimedia seperti video editing atau CAD bila VGA berbicara shared. Kurang fleksibel. Yang ada, pilihan laptop yang sudah built in VGA card berakselator bisa jadi pertimbangan.

e. Multimedia

Bagi gue, speaker laptop enggak penting. Belum tentu kan buat elu. Sama juga webcam atau tombol short cut media. Kalau memang elu butuh speaker Harman Kardon, lirik laptop Toshiba, atau yang rada ajeb-ajeb kayak Altec Lansing, lirik Compaq Pressario. Asal ingat, penambahan fitur-fitur ini juga berpengaruh pada harga bila dijual dalam kondisi baru.

(foto: http://www.notemart.co.kr)

             f. Optional

Optional ini bicara fitur-fitur tambahan untuk mendukung sistem. Contohnya Security chip di ThinkPad berupa fingerprint recognition. Kalau memang elu butuh akses yang secure, opsi tersebut bisa jadi pilihan. Sama halnya dengan pilihan batere, apakah yang berukuran standar atau yang extended. Kalau memang sering dipakai lapangan, pilihan batere extended life bisa dibilang aworthed.

4. Pelajari Testimonial

Beli laptop tentu jangan sampai kayak beli ayam dalam karung, to!? Sebelum yakin beli, tanyakan kanan-kiri kalian dan baca beberapa situs review untuk simak karakter dan komparasinya. Syukur ikut forum-forum yang seringkali membahas barang bersangkutan. Jadi, jangan langsung percaya apa yang dikata sales. Ok, sob!?

 

(foto: http://www.hitechlive.com.br)

5. Garansi & Nilai Jual

Kalau beli seken, garansi memang sedikit ditempiskan. Paling lama juga hanya sebulan. Lain kalau bicara laptop baru. Saran gue sih, pilih opsi garansi hingga 3 tahun. Ini untuk asumsi kalau memang pemakaian elu selama itu. Kalau pun tidak, cukup menguntungkan untuk harga nilai jual nantinya, betul?! Banyak merek yang sudah memainkan garansi 3 tahun. Kalaupun tidak di suatu produk, bisa ‘diupgrade’ dengan penambahan harga sekitar Rp. 200-500 ribu. Cukup mahal memang. Tapi ini cukup menguntungkan buat elu selama pemakaiannya.

 

Hehe, rumit ya? Beli laptop saja sudah kayak mau pilih jodoh! 😀 Tapi itulah benar adanya bagi gue setelah sukses beli Lenovo Z61T (huh, sayangnya sekarang seri Z sudah diskontinu!). Tadinya naksir Lenovo Y400 33A karena ‘murahnya’ doi dibanding merek lain dengan spek yang sama. Nah setelah liat kondisi casingnya, gue langsung pindah ke ThinkPad R60 dengan pertimbangan gaya pakai gue memang jorok (Toshiba Portege gue yang uzur itu sukses keinjak dan layar pun muncul siluet gambar daun :P). Setelah ditimang-timang, dengan menambah sekitar Rp 1 jutaan gue dapat Z61T A89 yang kebetulan modelnya lebih fancy, lidnya berlapis titanium (ini yang kayaknya bikin doi diskontinu; keluar karakter desainnya ThinkPad!!). Penambahan ini sangat aworthed, karena bobot lebih ringan, ukuran lebih tipis, dilengkapi webcam, fingerprint dan spek jeroan lebih tinggi!

Nah kalau ada yang tanya kenapa dari Y400 malah jadi beli ThinkPad Z61T? Hehe, gue enggak konsisten soal bujet… Namanya orang ngiler, ya godaan setan belanja pun kambuh. Duit pun keluar jadi lebih banyak. Makanya, cukup bahaya lho kalau bujetnya enggak dipastiin. Ok, Sob!? Kalau masih bingung, banyak versi cara memilihnya. Elu bisa klik situs About.com tentang artikel “Before You Choose a Notebook PC” atau artikel “Before You Buy a Notebook Computer” atau di website Gadgetspage.com dan www.eHow.com. Selamat mencoba!